Pemerintah Kota Surabaya berencana menambah anggaran untuk Pemberi Makanan Tambahan (PMT) ibu hamil senilai Rp11 miliar pada tahun 2023 mendatang.
Anggaran itu difungsikan untuk mensukseskan target Surabaya zero stunting di tahun depan. Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya menjelaskan, bahwa pencegahan stunting harus dimulai sejak bayi masih dalam kandungan.
“Oleh karena itu melalui data yang dihimpun oleh Kader Surabaya Hebat dari setiap wilayah untuk anak stunting, kami ingin memberikan intervensi penurunan stunting melalui anggaran yang disiapkan untuk tahun depan,” kata Eri Cahyadi di Convention Hall Surabaya, Selasa (30/8/2022).
Eri melanjutkan, bahwa masyarakat di Kota Pahlawan secara bergotong royong telah berhasil menekan angka stunting pada 2022 dari 6.722 anak, menjadi 1.219 pada bulan Agustus 2022 ini.
Untuk lebih menekan angka itu, Pemkot juga melakukan MOU dengan rumah sakit se-Surabaya untuk melaporkan data kelahiran bayi. Dari data tersebut pihak RS akan melaporkan tentang kondisi kesehatan bayi.
“Dari data itu nanti akan dicek kesehatan bayi, lalu ukuran berat badan dan tingginya berapa,” imbuhnya.
Untuk pengawasan tumbuh kembang anak, Pemkot Surabaya juga melakukan pengukuran tinggi badan pada anak sekolah mulai jenjang Paud di setiap bulannya. Kemudian untuk anak usia 12-15 tahun akan diberi vitamin dan zat besi tambahan.
Eri berharap, dengan adanya pengawasan secara bersama-sama, masyarakat bisa saling peduli dalam menjaga kesehatan anak dan menurunkan angka stunting di Surabaya.
“Saya berterimakasih kepada semua jajaran yang ikut melakukan pengawasan dan pencegahan stunting di Kota Surabaya,” ungkapnya.
Sementara itu, penurunan angka stunting juga terlihat di wilayah Semampir. Yongky Kuspriyanto Camat Semampir mengatakan bahwa wilayahnya sudah menurun 50 persen. Dari awalnya 125 anak per Mei 2022 menjadi 63 anak per Agustus 2022.
“Kami melakukan jemput bola untuk mencegah stunting ini, semua pihak saya ajak. Terutama melibatkan kader Surabaya Hebat untuk mengontrol pos yandu secara berkala,” ucap Yongky.
Kata Yongky, terkait kendala yang terjadi di lapangan terkadang para ibu-ibu agak tertutup saat anaknya mau di periksa. Namun dengan cara komunikasi yang sedikit jenaka pihaknya bisa mengajak para ibu-ibu untuk memeriksakan anaknya.
“Kadang mereka bilang tidak ada apa-apa saat anaknya mau diperiksa, tapi kami selalu berusaha humanis untuk mengajaknya,” imbuhnya.
Sementara itu, Nurul Wulandari Ahli Gizi dari Puskesmas Wonokusumo yang hadir dalam acara itu menjelaskan, bahwa anak stunting di bawah usia 2 tahun sangat membutuhkan protein dan lemak yang tinggi.
“Pemenuhan protein dan lemak bisa didapat terutama dari ikan dan telur ayam,” kata Nurul.
Menurut Nurul, dia menyarankan untuk anak agar mengkonsumsi minyak ikan. Karena dinilai cukup efektif untuk memenuhi protein anak-anak dan mencegah terjadinya stunting.
“Tidak harus konsumsi ikan yang mahal, kami selalu menyarankan untuk mengkonsumsi ikan-ikan yang mudah dijangkau daya belinya oleh masyarakat,” pungkasnya.(wld/des/ipg)